Jumat, 15 Desember 2017

FENOMENA DAN PROFESIONAL PR



Hai teman-teman pembahasan kali ini yaitu mengenai Fenomena dan Profesional PR, langsung saja ya 😊 

Disini yang harus kita ketahui bahwasannya Public Relations digunakan berabad-abad yang lalu yaitu di Inggris, pada masa Raja menggunakan Lords Chancellor sebagai “Penjaga Hati Nurani Raja”. Disini, terlihat adanya pengakuan terhadap kebutuhan pihak ketiga dikarenakan untuk memfasilitasi komunikasi dan penyesuaian antara pemerintah dengan rakyatnya. Asal kemunculan Public Relations di Amerika Serikat itu sendiri terjadi pada  masa perjuangan perebutan kekuasaan dalam revolusi Amerika, yakni antara patriot di bawah kaum namgasawam, dan kaum konservatif yang berkomersial dan bermoda. Sedangkan  upaya pendukungan public melibatkan konflik antara kepentingan saudagar dan tuan tanah di bawah Hamilton, blok penggarap tanah dan petani oleh petani Jefferson, perjuangan antara pelopor pertanian Jackson, sedangkan kekuatan keuangan Nicholas biddle, dan perang saudara berdarah. 

Nah mengenai profesionalisme, profesionalsme itu berasal dari kata professional yang mempunyai arti yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankan profesi tersebut. Sedangkan dari sikap profesionalisme disini adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional (Weiss, 2005). Menurut Ahman Sutardi dan Endang Budhiarsih, arti dari profesionalisme adalah wujud dari upaya optimal yang akan dilakukan untuk memenuhi apa-apa yang telah diucapkan, dengan cara yang tidak merugikan pihak-pihak lain, sehingga tindakannya tersebut bisa diterima oleh semua unsur yang terkait agar tidak merugikan satu dengan yang lainnya. Terjemahan lainnya, profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalisme.

Profesionalisme sendiri memiliki pengertian yang luas, salah satunya ialah bagaimana sebuah pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi atau orang yang professional. Profesionalisme dalam Public Relations ditunjukkan oleh pendidikan formal maupun informal, sehingga memiliki pengetahuan yang teoritis dan cukup kuat, sedangkan keterampilannya diperoleh melalui pelatihan atau seminar. Seorang Public Relations professional memiliki referensi bacaan tertentu secara khusus berkaitan dengan bidangnya, sementara itu berkaitan dengan masalah etika, seorang Public Relations professional akan menjunjung tinggi kode etik, karena seorang yang professional akan selalu bersikap dengan etika yang baik tanpa ada pembeda antara satu dengan yang lainnya dan seorang professional akan menjadikan dirinya sebagai contoh untuk orang lain sehingga di dalam menjalankan profesinya akan dibimbing oleh etika tersebut. Seorang Public Relations yang professional harus menguasai beberapa keterampilan komunikasi seperti penguasaan teknologi komunikasi dan juga kemampuan bahasa asing, seorang prefessional tidak hanya menunjukan etika yang baik akan tetapi harus terampil dalam berbahasa. 

Dalam membantu sosialisasi kerjanya, Public Relations menjalin kerjasama dengan media supaya memudahkan jalan dalam bersosialisasi, karena itu seorang Public Relations professional harus memiliki kemampuan dalam menulis press release. Sedangkan untuk penyediaan informasi secara internal ia harus memiliki kemampuan presentasi dan negosiasi. Profesionalisme adalah suatu paham yang lahir dari keberadaan suatu profesi. Sementara pengertian profesi menurut Brandeis adalah Pekerjaan yang pada awalnya memerlukan pelatihan yang sifatnya harus intelektual, yang menyangkut pengetahuan-pengetahuan dan sampai tahap tertentu kesarjanaan, yang berbeda dari sekedar keahlian, sebagaimana terbedakan dari kecakapan semata, pekerjaan itu dikerjakan sebagian besar untuk orang lain tidak hanya untuk diri sendiri saja, dan imbalan uang tidak diterima sebagai ukuran keberhasilan dari berbagai pendapat dan yang terpenting disini adalah bahwa uang bukanlah imbalan dari keberhasilan akan tetapi sikap dari seorang yang professional itu sendiri yang bisa menjadi contoh untuk orang lain dan itu bisa disebut dengan imbalah keberhasilan. (Brandeis, 1993).

Adapun tahap-tahap yang harus dilalui untuk mencapai profesi ini, menjadikan profesi berbeda derajat kualitasnya dengan pekerjaan biasa yang tidak memenuhi tahap-tahap profesi. Jadi Indikator Profesionalisme Public Relations (PR) Menurut Grunig dan Hunt pemahaman profesionalisme dalam Public Relations (1984) bisa dilihat dari faktor-faktor berikut ini:

Pertama, yaitu adanya seperangkat nilai-nilai professional. Indikator dari nilai-nilai professional ini adalah adanya kebebasan dalam menuangkan hasil pemikiran dan berusaha mendahulukan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi. Maksud dari kepentingan publik dari pada kepentingan pribadi karena segala sesuatu pasti ada campur tangan seseorang jadi dari Indikator tersebut berusaha untuk mendahulukan publik.

Kedua, keanggotaan pada asosiasi profesi. Asosiasi ini didasarkan pada kesamaan profesi yang dimiliki anggotanya. Dalam asosiasi ini ada etika atas aturan yang telah disepakati bersama dan ada sanksi bagi yang melanggar.

Ketiga, taat pada norma-norma professional. Asosiasi profesi yang ada kemudian mengeluarkan kode etik profesi untuk mengatur dan menjaga moralitas para anggotanya dalam menjalankan pekerjaannya. Kode etik kehumasan Indonesia telah memiliki kode etik profesi yang mengatur mengenai komitmen pribadi, perilaku terhadap klien dan atasan, perilaku terhadap rekan sejawat.

Keempat, adanya bangunan pengetahuan dan tradisi intelektual. Maksudnya agar para praktisi yang menggeluti bidang ini memiliki kepemilikan pengetahuan teoritis yang cukup kuat agar dasar dari setiap aktivitas yag dilakukan serta ada pertanggung jawabannya. Pengetahuan sebagian besar bisa diperoleh dari jalur pendidikan formal. Terutama jika jalur pendidikan formal tersebut sejalan dengan profesi yang dijalankan. 

Kelima, adanya keterampilan teknis. Keterampilan teknis ini bisa juga didapat dari pelatihan-pelatihan professional. Bentuknya antara lain keterampilan menulis dan berbicara karena dalam pelatihan ini tidak hanya fokus sama satu malah akan tetapi banayak juga pelatihan termasuk pelatihan menulis dan berbicara didapan masyarakat.  Dan masih banyak lagi keterampilan-ketrampilan lain yang perlu dipelajari atau dilatih yang memakan waktu cukup lama.

Dapat disimpulkan bahwa Profesionalisme dalam Public Relations ditunjukkan oleh pendidikan formal maupun informal, sehingga memiliki pengetahuan yang teoritis dan cukup kuat, sedangkan keterampilannya diperoleh melalui pelatihan atau seminar, dan didalam profesionalisme ini terdapat beberapa faktor pemahaman mengenai profesionalsme itu sendiri. 

Referensi:
Grunig dan Hunt.1984.  Managing  Public  Relations.  (New  York:  Holt, Rinehart, & Winston).

Semoga Bermanfaat Ya :)







PROFIL, MACAM-MACAM DAN POLA KOMUNIKASI PR



Hallo, ketemu lagi ni 😊
Ini blog  kesekian kalinya yang aku tulis masih pada ingat kan blog-blog sebelumnya
😊
Nah, kali ini akan dibahas mengenai Profil, Macam-macam serta Pola komunikasi didalam Public Relations. Langsung saja yuk !! 

Baiklah yang pertama ini mengenai Profil Public Relations, ada beberapa mengenai profil Pr yaitu sebagai berikut:
1. PR yang Melembaga/In House PR, sebagai bidang yang melembaga berate memiki seorang yang memimpin, memilih staf, dan memilik ruang/tempat dan sarana/prasarana pendukungnya. Jabatan-jabatan yang ada didalam bagian PR memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas.
2. PR Agency/Ekstern PR, ini adalah sebuah Lembaga/perusahaan independen yang berbadan hukum dan bergerak dalam layanan dibidang PR. PR Ekstern ini meliputi:
 - PR Full Service, sebuah perusahaan tersendiri yang bergerak dalam bisnis pelayanan kehumasan, meliputi kegiatan konseling  dan sekaligus pelayanan konsultasi dan pelayanan yang mereka berikan kepada klien (perseorangan/perusahaan PR tersebut).
- PR Consultant, yaitu perusahaan PR yang bergerak dalam layanan konsultasi kehumasan. Pelayanan konsultan yang diberikan tergantung dari kompetensi yang dimiliki para konsultannya.
3. Event Organizer, perusahaan yang melayani jasa sebagai pelaksana sebuah event/kegiatan yang berhubungan dengan public. Perusahaan ini cenderung spesialis, misalnya:
- Launching Product
- Pameran/Exhibition
- Jumpa Pers/press Conference, Press Tour dan sebagainya.
- Show dan Kontes-kontes.

Disini juga terdapat macam-macam Public Relations :
1.Pemerintah, yaitu Lembaga PR yang melakukan fungsi management dalam bidang informasi dan komunikasi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan public melalui berbagai sarana kehumasan dalam rangka menciptakan citra yang positif instansi pemerintahan.
2.Sosial, misi utama PR social ini ialah mengembangkan saling pengertian, kepercayaan, dan bantuan atas kerja sama.
3.Industri dan Bisnis, didalam PR industry dan bisnis ini hubungannya adala dengan pelanggan dan perannya terhadap marketing yang pada akhirnya melahirkan terapan marketing PR.
4.Profesi, maksud penerapannya adalah untuk mendapatkan pengakuan dan keprofesionalan serta publikasi tentang apa yang telah mereka lakukan bagiu kepentingan umum.
5.Organisasi sukarela, disini peranannya adalah untuk merancang suatu program progresif, termasuk didalamnya mengadakan hubungan dengan pers.
6.Organisasi Internasional, organisasi ini disebabkan oleh adanyan perubahan sangat cepat didalam segala bidang.
7.Penegak Hukum, banyak golongan penegak hukum merasa perlu untuk membentuk grup-grup penasihat warga negara dan merangkap sebagai pejabat PR untuk bekerjasama dengan mereka dan para media masa.

Dan yang terakhir mengenai Pola Komunikasi Public Relations
Pola komunikasi PR dalam suatu organisasi pada prinsipnya yaitu, setiap bagian harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya. Setiap bentuk organisasi, pendekatan dalam melakukan kegiatan komunikasi yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi lain tidaklah sama, masing-masing mempunyai karakter dan variasi yang berbeda.
Setiap karakter organisasi, misalnya dalam bentuk perusahaan sangatlah bergantung pada skala besar kecilnya perusahaan tersebut, jika perusahaan hanya memiliki beberapa karyawan makka penyampaian informasi dapat dilakukan secara langsung kepada karyawan tersebut. Lain halnya dengan perusahaan besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan suatu pekerjaan yang mungkin sangat kompleks dan memerlukan kemampuan sumber daya manusia untuk dapat membuat konsep dalam menentuka jaringan komunikasi yang efektif dan efisien dilingkungan perusahaan. Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila public relations sebagai komunikator melakukan pemeriksaan atau menganalisis kondisi komponen dalam proses komunikasi (Kriyantono, 2012:30).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa didalam Public Relations juga terdapat beberapa aspek yang berupa profil, macam-macamnya serta pola didalam komunikasi Public Relations itu sendiri. Didalam pola komunikasi PR itu juga telah dituliskan bawasannya PR itu harus melakukan komunikasi kepada berbagai pihak untuk mencapai tujuannya.

Referensi : Kusumastuti Frida. Dasar-dasar Hubungan Masyarakat. (Jakarta Selatan, Ghalia Indonesia : 2002).

 Semoga Bermanfaat :)


Kamis, 07 Desember 2017

MEDIA PR


Hai teman-teman ketemu lagi ni sama aku 😊
Kali ini kita akan membahas mengenai Media PR, pertama-tama kita lihat dulu ya apa itu Media PR ?
Yuk kita simak !


Pengerian Media PR
Media PR adalah segala bentuk media sarana/saluran/channel yang digunakan praktisi PR dalam pekerjaannya dengan tujuan publikasi yang luas agar produk atau jasa yang PR pasarkan lebih dikenal oleh masyarakat.

Bagi seorang praktisi Public Relations, melakukan kegiatan media relations adalah salah satu hal yang sangat penting. Strategi yang akan dibuat oleh seorang PR tidak akan memiliki arti apabila Public Relations tersebut tidak melakukan kegiatan hubungan dengan media.

Media Relations itu sendiri merupakan salah satu kegiatan PR yang berhubungan dengan media massa dalam hal publikasi organisasi atau perusahaan tempat ia bekerja. Ketika melakukan kegiatan media relations, hubungan baik yang terbangun antara Praktisi PR dengan media massa bukanlah tujuan utama. Tujuan utama dari kegiatan media relations ini adalah terciptanya kepercayaan dalam diri masyarakat (stakeholder) terhadap perusahaan atau organisasi tersebut.

Untuk mencapai tujuannya , seorang praktisi PR membutuhkan media massa agar dapat menjangkau stakeholder-nya yang bersifat heterogan dan berada di tempat yang terpisah-pisah. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan hubungan yang baik antara praktisi PR dengan wartawan supaya pesan yang dibuat oleh praktisi PR tersebut dapat dipublikasikan oleh media massa dan sampai kepada masyarakat.

Media PR bersifat lebih kepada publikasi dan komunikasi. Media komunikasi yang penting digunakan PR adalah dalam kemitraannya dengan media pers (cetak atau elektronik) dikenal dengan media relations (hubungan media) atau pers relations (hubungan pers).

Nah, disini juga terdapat beberapa tujuan Media PR :
1.Promosi dan tingkatan pemasaran
2.Komunikasi berkesinambungan
3.Tingkatan kepercayaan public
4.Tingkatan citra perusahaan/organisasi

Yang berikut ini merupakan jenis Media PR :
1.Media Cetak (Jurnal inhous, surat kabar, majalah, dll)
2.Online Media (website, blog, media social, email, dll)
3.Broadcasting Media (radio, televise, dll)
4.Special Event (seminar, workshop, dll)
5.Outdoor Media-Media Luar Ruangan (spanduk, papan reklame, poster, dll)


Disini juga terdapat beberapa pemilihan Media yaitu :
1.Radio : penyampaian gagasan sederhana dan langsung, teks luwes (mudah dikoreksi), punya public khusus, tetapi dialog dan materi kurang variasi, fakta tidak bisa dibeberkan lengkap, melelahkan (suara dan waktu terbatas), hanya bisa didengarkan sekali.
2.Siaran Televisi : jangkauan masyarakat luas, audio visual hanya saja biaya mahal, komunikasi satu arah, siaran cepat dan daya beli mahal
3.Surat Kabar : menjangkau semua lapisan masyarakat dan murah tetapi, penyampaian berita tergantung penulis.
4.Media Online : trending, terutama media sosial & blog, menjangkau seluruh lapisan masyarakat, menjangkau seluruh dunia (international), dapat diakses kapan dan dimana saja, serta terdokumentasi. Tetapi media online ini dibutuhkan akses internet, SDM bidang media online masih terbatas, butuh keterampilan khusus mengelola dan menulis dimedia online. 

Nah teman-teman, didalam kegiatan media relations ini, praktisi PR harus melakukan kegiatan tersebut secara seimbang antara acara-acara media relations dengan membuat tulisan media relations. Terkadang dalam praktik nya, tidak jarang kegiatan media relations akan menimbulkan miss-communication, apabila acara-acara tersebut tidak disertai dengan tulisan-tulisan media relations. Tulisan tersebut menjadi hal yang penting untuk menjelaskan maksud dari acara tersebut dalam konteks perusahaan atau organisasi sebagai penyelenggara.

Salah satu kegiatan media relations yang paling sering dilakukan oleh praktisi PR adalah konferensi pers (press conference). Konferensi Pers itu sendiri adalah sebuah kesempatan yang dimiliki seorang PR untuk menyampaikan kebenaran dari berita yang bisa ia sampaikan dalam bentuk laporan berita.

Keberhasilan konferensi pers sangat dipengaruhi oleh persiapan sebelum melaksanakan kegiatan tersebut. Menurut Sarah Silver dalam bukunya A Media Relations Handbook for Non Governmental Organization memberikan tips beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh praktisi PR sebelum melaksanakan kegiatan konferensi pers, yaitu antara lain :
1.Kontak media
Sebelum melaksanakan konferensi pers, hendaknya seorang PR harus menghubungi sumber-sumber berita minimal sekitar  dua atau tiga hari sebelum acara berlangsung.
2.Format
Format termasuk salah satu yang penting dalam konferensi pers, oleh karena itu PR harus menyediakan tempat yang nyaman sesuai dengan format konferensi pers yang akan ia buat.
3.Visual
Dengan menggunakan visualisasi, konferensi pers akan lebih menarik. Misalnya, suatu  perusahaan menampilkan logo produk/perusahaannya diatas meja tempat pembicara berlangsung.
4.Waktu
Umumnya konferensi pers berlangsung antara pukul 10.00-11.00 atau antara 13.30-15.00. jika lewat atau melebihi waktu tersebut, PR akan kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan media, karena jika melewati waktu tersebut, wartawan telah memasuki waktu deadline.
5.Pembicara
Batasi jumlah pembicara sekitar dua atau tiga orang, dan pilih pembicara yang representative dan berkompeten untuk menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh wartawan.
6.Pers Kit
Pers kit terdiri atas alat-alat yang dibutuhkan dalam konferensi pers yang meliputi berita dan pessan-pesan yang ingin disampaikan.
7.Evaluasi
Evaluasi sangat penting untuk me-review apakah konferensi tersebut berjalan dengan baik dan bermanfaat. Sesi evaluasi ini menjadi satu kesempatan untuk melihat cara yang lebih efektif yang dapat diterapkan pada konferensi pers berikutnya.

Jadi, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Media PR ini sangat penting bagi para praktisi PR dalam membangaun publikasi maupun komunikasi kepada masyarakat. Disini juga terdapat beberapa tujuan, jenis dan pemilihan Media PR. Salah satu contoh kegiatan Media PR yang sering dilakukan praktisi PR yaitu konferensi pers dan ada hal-hal penting yang harus diperhatikan agar konferensi pers tersebut berhasil. 


Referensi :
Iriantara Yosal. Media Relations Konsep, pendekatan dan praktik. Cetakan Ketiga. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011)

Semoga Bermanfaat Ya 😊